LAPORAN BIOKIMIA
UJI
NODA LEMAK, UJI KELARUTAN LEMAK DAN UJI EMULSI LEMAK
NAMA
: DEWI AGUS SAPUTRI
NIM
: C31120067
PRODI
: PRODUKSI TERNAK
GOL
: A
Dosen
Pembimbing
Nurkholis,
S. Pt. MP
JURUSAN
PETERNAKAN
POLITEKNIK
NEGERI JEMBER
2013
BAB I
BAB I
PENDAHULUAN
- Landasan
Teori
Lemak atau minyak dapat
membentuk noda translucent, sehingga kertas tulis yang tidak tembus pandang
menjadi semi transparan. Noda yang terbentuk biasanya semakin melebar setelah
disirami air dan keringkan.
Lemak pada umumnya
tidak larut dalam air tetapi sedikit larut dalam alkohol dan larut sempurna
dalam pelarut organik seperti eter, kloroform, aseton, benzena atau pelarut non
polar lainnya. Minyak dalam air akan membentuk emulsi yang tidak stabil, karena
bila dibiarkan, maka kedua cairan akan terpisah menjadi 2 lapisan. Sebaliknya
moinyak dalam soda (Na2CO3) akan membentuk emulsi yang stabil karena asam lemak
yang bebas dalam larutan bereaksi membentuk sabun.
Emulsi adalah dispersi
atau suspensi mestabil suatu cairan lain yang kedua tidak saling melarutkan.
Supaya terbentuk emulsi yang stabila diperlukan suatu zat pengemulsi yang
disebut emulsifier atau emulsifying agent yang berfungsi menurunkan tegangan
permukaan antara kedua fase cairan. Cara kerja emulsifier terutama disebabkan
oleh bentuk molekunya yang dapat terikat baik pada minyak maupaun air.
Emulsifier akan membentuk lapisan disekeliling minyak sebagai akibat menurunnya
tegangan permukaan, sehingga mengurangi kemungkinan bersatunya butir-butir
minyak satu sama lainnya. Bahan emulsifier dapat berupa: protein, gum, sabun,
atau garam empedu.
- Tujuan
Intruksional Khusus
Pada
akhir praktikum, mahasiswa diharapkan mampu:
a. Menjelaskan
lipida dapat membentuk noda semi transparan pada kertas
b. Menjelaskan
dan mengetahui kelarutan lipida pada pelarut tertentu
c. Mengetahui
terjadinya pembentukan emulsi dari minyak
BAB
II
MATERI
DAN METODE
Materi
Meliputi alat dan bahan
yang di gunakan dalam praktikum ini.
Alat
-
Tabung reaksi
-
Rak tabung reaksi
-
Pipet ukur dan pipet tetes
Bahan
-
Minyak kelapa
-
Campuran alkohol-eter (2:1)
-
Kertas tulis yang tidak tembus pandang
(HVS)
-
Kertas saring
-
Alkohol 96%
-
Kloroform
-
Eter
-
Aquades
-
Larutan Na2CO3
0,5%
-
Larutan sabun
-
Larutan protein 2%
-
Larutan empedu encer
Metode
Merupakan cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini.
Merupakan cara kerja yang dilakukan pada praktikum ini.
Ø Uji Noda Lemak
- Memasukkan 2 mL campuran alkohol eter ke dala tabung reaksi yang bersih dan kering
- Menambahkan 10 tetes minyak kelapa dan kocok kuat-kuat sampai semua bahan larut
- Meneteskan campuran tersebut pada kertas saring dan kertas tulis (HVS), dan dibiarkan pelarut menguap dan melihat noda yang terbentuk
- Mencuci nodanya dengan air dan mengeringkannya kembali kertasnya dan memperhatikan nodanya kembali
- Mengamati perubahan yang terjadi
- Mengulangi percobaan sekali lagi
Ø Uji Kelarutan Lemak
- Menyiapkan 4 buah tabung reaksi yang bersih dan kering
- Mengisi tabung pertama dengan 1 mL aquades, tabung kedua dengan alkohol 96% eter, tabung ketiga dengan kloroform dan tabung keempat diisi dengan larutan Na2CO3 0,5%
- Menambahkan 5 tetes minyak kelapa pada setiap tabung
- Mengocok sampai homogen, lalu dibiarkan beberapa saat dan mengamati sifat kelarutannya
- Mengamati perubahan yang terjadi
- Mengulangi percobaan sekali lagi
Ø Uji Pembentukan Emulsi
- Menyiapkan 5 tabung reaksi yang bersih dan kering
- Memasukkan 5 tetes minyak kedalam masing-masing tabung
- Menambahkan tabung pertama dengan 2mL aquades, tabung kedua dengan 2 mL aquades dan 5 tetes Na2CO3 0,5%, tabung ketiga dengan 2 mL aquades dan 5 tetes larutan sabun, pada tabung keempat 2 mL ditambahkan larutan protein dan pada tabung kelima dengan 2 mL larutan empedu encer
- Mengocok masing-masing tabung dengan kuat, dan dibiarkan sampai beberapa saat
- Mengamati perubahan yang terjadi
- Mengulangi percobaan sekali lagi
BAB
III
HASIL
PENGAMATAN
Uji
Noda Lemak
Larutan
|
Hasil Pengamatan
|
|
Larutan Yang Terbentuk
|
Perubahan pada kertas HVS dan saring
|
|
2 mL campuran alkohol eter + 10 tetes
minyak kelapa
|
Terbentuk 2 fase, minyak kelapa berada
di lapisan bawah (dasar tabung). Setelah di kocok, kedua larutan tersebut
larut dan bercampur.
|
(Pada Kertas HVS)
Setelah kertas HVS ditetesi larutan,
terbentuk noda (kertas menjadi semi transparan). Setelah ditetesi air dan
dikeringkan noda tetap ada (tidak hilang)
|
(Pada kertas saring)
Setelah kertas saring ditetesi larutan,
terbentuk noda (kertas menjadi semi transparan di bagian yang ditetesi
larutan). Setelah ditetesi air dan dikeringkan, noda di kertas menjadi lebih
lebar dari sebelumnya.
|
Uji
Kelarutan Lemak
No.
|
Larutan
|
Hasil Pengamatan
|
|
Sebelum dikocok
|
Sesudah dikocok
|
||
1.
|
1 mL Aquades + 5 tetes minyak kelapa
|
Terjadi 2 fase, minyak berada diatas
aquades
|
Setelah dikocok, minyak dan aquades
bercampur, tetapi tidak larut dan setelah didiamkan sesaat, larutan berubah
menjadi seperti semula (minyak dilapisan atas).
|
2.
|
1 mL alkohol 96% eter + 5 tetes minyak
kelapa
|
Kedua larutan bercampur
|
Setelah dikocok, larutan menjadi larut
dengan sempurna
|
3.
|
1 mL kloroform + 5 tetes minyak kelapa
|
Kedua larutan bercampur
|
Setelah dikocok, larutan menjadi larut
dengan sempurna.
|
4.
|
1 mL NaCO3 0,5% + 5 tetes
minyak kelapa
|
Terjadi 2 fase, minyak berada
dilapisan atas.
|
Setelah dikocok, larutan bercampur
tetapi tidak sempurna dan sedikit larut serta larutan berwarna berwarna putih keruh.
|
Uji
Pembentukan Emulsi
No.
|
Larutan
|
Hasil Pengamatan
|
|
Sebelum di kocok
|
Sesudah dikocok
|
||
1.
|
5 tetes minyak kelapa + 2 mL aquades
|
Terjadi 2 fase, yaitu minyak berada di
atas aquades
|
Setelah dikocok larutan berwarna putih
keruh dan bercampur sesaat, setelah itu kembali seperti semula (sebelum
dikocok)
|
2.
|
5 tetes minyak kelapa + 2 mL aquades +
5 tetes Na2CO3
|
Minyak berada dilapisan atas
|
Setelah dikocok terjadi emulsi secara
tidak sempurna dan minyak tidak becampur dengan aquades dan Na2CO3
|
3.
|
5 tetes minyak kelapa + 2 mL aquades +
5 tetes larutan sabun
|
Minyak berada dilapisan atas
|
Setelah dikocok, tidak terjadi emulsi
dan larutan tidak bercampur
|
4.
|
5 tetes minyak kelapa + larutan
protein 2 mL
|
Lautan protein langsung bercampur
dengan minyak kelapa
|
Setelah dikocok, terjadi emulsi,
berwarna putih keruh, dan larutan tetap bercampur
|
5.
|
5 tetes minyak kelapa + 2 mL larutan
empedu encer
|
Setelah dicampur, larutan empedu dan
minyak kelapa berwarna hijau dan minyak berada diatas larutan berwarna hijau
tersebut
|
Setelah dikocok terjadi emulsi dan
larutan menjadi tercampur serta warnanya menjadi hijau lebih cerah
|
BAB
IV
PEMBAHASAN
1)
Uji
Noda Lemak
Uji noda lemak ini di
lakukan menggunakan kertas HVS dan kertas saring. Serta menggunakan larutan
yang sebelumnya telah dibuat yaitu 2 mL campuran alkohol eter + 10 tetes minyak
kelapa. Pada percobaan 1, larutan diteteskan ke kertas HVS, hasilnya yaitu
terdapat noda (kertas menjadi semi transparan) pada kertas HVS yang telah
ditetesi larutan. Dan setelah ditetesi air/ aquades, noda tetap ada, tidak
hilang dan sedikit melebar dari keadaan semula. Pada percobaan 2 menggunakan
kertas saring. Dan hasilnya sama dengan percobaan 1 yaitu kertas yang ditetesi
larutan menjadi semi transparan atau bernoda. Dan setelah ditetesi air dan
dikeringkan noda menjadi semakin melebar. Jika dibandingkan perbedaan daerah
yang melebar setelah ditetesi air dan dikeringkan yaitu pada kertas saring
lebih banyak daripada di kertas HVS.
Hal ini menunjukkan
bahwa kertas saring memenuhi syarat untuk uji noda lemak dibanding kertas HVS.
Jika semakin tinggi kandungan lemak maka noda yang dihasilkan di kertas akan
semakin transparan.
2)
Uji
Kelarutan Lemak
Pada Uji Kelarutan ini, minyak kelapa digunakan
sebagai bahan terlarut. Bahan pelarut digunakan Air (aquades), Na2CO3, Alkohol 96% Eter, dan Kloroform. Uji kelarutan yang
dilakukan pada lemak menunjukkan bahwa pada tabung 1 yang berisi minyak kelapa
dan aquades tidak larut melainkan hanya bercampur sementara, setelah didiamkan sesaat,
larutan kembali seperti semula. Sedangkan pada tabung 2 yang berisi minyak
kelapa dan campuran alkohol 96% eter, serta tabung 3 yang berisi minyak kelapa
dan kloroform menunjukkan hal yang sama yakni sama-sama larut dalam minyak
kelapa. Untuk tabung 4 yang berisi minyak kelapa dan NaCO3 0,5%
menunjukkan reaksi yaitu kedua larutan bercampur dan larut tetapi tidak
sempurna. Hal ini disebabkan karena lemak dapat larut dalam pelarut organik
yang non polar contohnya eter, kloroform dan benzena. Sedangkan jika didalam
air (aquades), lemak tidak bisa larut karena aquades bersifat polar.
Hal ini sesuai dengan pendapat Hart et al (2003) bahwa lipid
tidak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik polar. Hawab (2004)
juga menambahkan bahwa ciri khusus dari zat atau senyawa
lipid ialah tidak larut
dalam air, tetapi larut dalam pelarut-pelarut lemak, yaitu cairan pelarut
nonpolar, seperti khloroform, eter, aseton, dan sebagainya. Pelarut seperti eter dan klorofom yang digunakan
disebut juga sebagai pelarut lemak. Sesuai pendapat Poedjiadi (1994) bahwa
pelarut organik misalnya eter, aseton, kloroform, benzena yang sering disebut
“pelarut lemak”.
3)
Uji
Emulsi Lemak
Emulsi
adalah campuran antara partikel-partikel suatu
zat cair (fase terdispersi) dengan zat cair lainnya (fase pendispersi) dimana
satu campuran yang terdiri dari dua bahan tak dapat bercampur, dengan satu
bahan tersebar di dalam fasa yang lain. Dikarenakan setiap bahan pangan memilki
karakteristik masing-masing maka setiap bahan pangan memiliki jenis emulsi dan
pengaruh jenis emulsi yang berbeda-beda. Salah satu dari zat cair tersebut
tersebar berbentuk butiran-butiran kecil kedalam zat cair yang lain distabilkan
dengan zat pengemulsi (emulgator/emulsifiying/surfactan).
Kestabilan
Emulsi, yaitu apabila dua larutan murni yang
tidak saling campur/ larut seperti minyak dan air dicampurkan lalu dikocok
kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem dispersi yang disebut emulsi.
Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa berada di sebelah dalam fasa
yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan, maka dengan sangat cepat akan
terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi emulsi yang sesungguhnya muncul dan
teramati pada sistem dispersi terjadi dalam waktu yang sangat singkat.
Maka pernyataan ini sesuai
dengan pendapat dari Yustus (2000),
yang menyatakan bahwa jika air dan lemak dikocokan akan terjadi emulsi dan
ternyata tidak stabil sehingga akan kembali kepada keadaan semula (campuran)
setelah didiamkan sejenak. Dan hal ini diperjelas dengan pernyataan Ansell (2001),yang menyatakan bahwa
lipid merupakan asam lemak, biasanya zat tersebut tidak larut dalam air akan
tetapi larut dalam pelarut lemak. Pelarut lemak adalah eter, chloroform,
benzena karbon tetraklorida, alkohol panas dan aseton.
Berdasarkan hasil
praktikum, telah diperoleh bahwa pada tabung 1 yang berisi minyak kelapa dan
aquades tidak menunjukkan adanya emulsi dan tidak bercampur karena minyak tidak
larut dalam aquades dan karena berat jenis lemak cair (0.915-0,940) lebih
rendah dari berat jenis air (1) sehingga lemak terapung, pada tabung 2 yang
berisi minyak kelapa, aquades dan Na2CO3 menunjukkan
adanya emulsi tetapi tidak sempurna, pada tabung 3 yang berisi minyak kelapa,
aquades dan larutan sabun, tidak menunjikkan adanya emulsi, pada tabung 4 yang
berisi minyak kelapa dan larutan protein serta tabung 5 yang berisi minyak
kelapa dan larutan empedu encer menunjukkan adanya emulsi.
Pada tabung 2
seharusnya terjadi emulsi karena sabun dapat mengemulsikan lemak. Hal ini didasarkan
oleh pendapat Poedjiadi (1994), yang menyatakan bahwa sabun digunakan sebagai
bahan pembersih kotoran, terutama kotoran yang bersifat lemak atau minyak
karena sabun dapat mengemulsikan lemak atau minyak. Hart et al (2003) menambahkan bahwa lemak
mempunyai sifat tidak larut dan teremulsi dalam air. Percobaan emulsi saat
pelarutnya berupa Na2CO3 dan air sabun yang dicampur
dengan air juga menunjukkan adanya sedikit endapan. Hal ini sesuai pendapat
Hart et al (2003) bahwa apabila pada
suatu bahan yang diujikan terdapat lemak maka akan mengalami emulsi dengan
sempurna yang ditunjukkan dengan adanya endapan (emulsi).
BAB V
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan hasil praktikum yang telah dilakukan, dapat
disimpulkan bahwa:
Uji noda lemak dapat dilakukan menggunakan kertas
saring atau kertas HVS. Kertas akan menjadi semi transparan (bernoda) setelah
ditetesi larutan yang mengandung lemak. Dan setelah ditetesi air dan
dikeringkan noda akan menjadi semakin melebar.
Uji kelarutan lemak, lemak dapat larut dalam
pelarut organik yang non polar contohnya eter, kloroform dan benzena. Sedangkan
jika didalam air (aquades), lemak tidak bisa larut karena aquades bersifat
polar.
Emulsi adalah campuran antara
partikel-partikel suatu zat cair (fase terdispersi) dengan zat cair lainnya
(fase pendispersi) dimana satu campuran yang terdiri dari dua bahan tak dapat
bercampur, dengan satu bahan tersebar di dalam fasa yang lain. Kestabilan Emulsi,
yaitu apabila dua larutan murni yang tidak saling campur/ larut seperti minyak
dan air dicampurkan lalu dikocok kuat-kuat, maka keduanya akan membentuk sistem
dispersi yang disebut emulsi. Secara fisik terlihat seolah-olah salah satu fasa
berada di sebelah dalam fasa yang lainnya. Bila proses pengocokkan dihentikan,
maka dengan sangat cepat akan terjadi pemisahan kembali, sehingga kondisi
emulsi yang sesungguhnya muncul dan teramati pada sistem dispersi terjadi dalam
waktu yang sangat singkat.
Daftar Pustaka
1 komentar:
membantu.makasih :)
Posting Komentar
Tolong komentarnya berhubungan dengan artikel yang ada. Komentar yang mengarah ke tindakan spam akan di hapus atau terjaring secara otomatis oleh spam filter.